KOMENTAR DAN ENDORSEMENT
TENTANG NOVEL KONTROVERSIAL
karya Damien Dematra
Sebagai seorang novelis dan sutradara yang telah lama
malang-melintang dalam dunia perfilman, Bung Damien kali ini
memasuki sebuah dunia yang sangat menakutkan: terorisme. Tetapi
pesan moral yang hendak disampaikan adalah agar Tuhan tidak dibajak
untuk membenarkan tindakan keji dan biadab. Agama dalam hal ini
Islam adalah agama perdamaian dan kemanusiaan, sekalipun oleh
sekelompok kecil pemeluknya telah disalahgunakan.
- Prof. Dr. Ahmad Syafii Maarif, guru bangsa dan penerima Ramon
Magsaysay award -
Para pembaca dibawa ke dalam proses yang kompleks bagaimana
seseorang (dalam hal ini Kemala) menjadi teroris. Menjadi teroris
tidak hanya merupakan proses intensifikasi keagamaan bisa
misleading, tetapi juga melibatkan pengalaman fisik dan psikologis
yang traumatis. Dan bahkan juga melibatkan cinta. Novel ini
seolah-olah membawa kita ke dalam realitas terorisme atas nama agama
di sekitar kita, yang dalam dasawarsa terakhir marak di berbagai
tempat di dunia.
Selamat buat Damien Dematra atas novel yang timely ini.
- Prof. Dr. Azyumardi Azra, cendekiawan muslim dan Direktur Sekolah
Pasca Sarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta -
Cerita yang menarik untuk kalangan remaja yang sedang mencari jati
diri Islamiy dan kisah yang menjadi pelajaran dalam menghindari
kesesatan paham yang hanya didasari oleh semangat dan amarah yang
tidak terkendali. Walhasil, kesadaran yang muncul dari diri sendiri
dan kecintaan yang murni dari lubuk hati yang dalam terhadap Islam,
membawa perubahan yang positif.
- Nasir Abas, mantan pimpinan Jamaah Islamiyah –
Membaca novel ini, pembaca akan merasakan kisah hidup yang sangat
manusiawi, kisah cinta yang romantis di tengah perbedaan tajam dua
insan, Prakasa dan Kemala. Dengan bahasa yang lugas, mudah dicerna
dan mengalir, pembaca akan kecanduan membaca novel ini dari sampul
depan sampai kata terakhir.
- Dr. Abdul Mu’ti, PP Muhammadiyah dan Direktur Eksekutif Centre for
Dialogue and Cooperation among Civilizations (CDCCO) -
Anda harus membaca novel ini 3x. .. Damien adalah penulis 3
dimensi, menulis dengan otot, otak, dan hati.
- Ustadz Reza Syarief, MA, MBA -
Novel ini bagus, meskipun kisah fiktif tetapi ending-nya mampu
mengantarkan memori kita pada tindak kejahatan teroris yang telah
melukai rasa kemanusiaan kita dan menghancurkan para korbannya di
beberapa tempat di negeri tercinta dan di belahan bumi lainnya.
Menarik..! Ada spirit di dalamnya untuk mengkampanyekan gerakan anti
terorism.
- Maria Ulfah Anshor, Ketua Umum PP Fatayat Nahdlatul Ulama -
Selain perasaan dag-dig-dug, novel ini membelalakan mata bahwa
teroris benar-benar ada di sekitar kita. Sebagai learning cells,
mereka beraksi dengan cara-cara yang semakin sophisticated yang
terkadang berada di luar jangkauan akal sehat. Mereka nyata dan kita
harus waspada!
- Raja Juli Antoni, aktivis dan Direktur Eksekutif Maarif Institute
-
Novel ini menarasikan satu fenomena anomali yang sedang mengancam
kehidupan kebangsaan kita saat ini, tindak kekerasan destruktif atas
nama satu keyakinan; terorisme. Dengan balutan alur cerita yang
mengundang emosi, karya Damien ini ibarat early warning akan adanya
kemungkinan pergeseran modus dan pelaku bom bunuh diri di tanah air.
Dan juga sebuah penegasan, Islam merupakan agama yang berpihak pada
kehidupan dan kemanusiaan, menegasikan teologi maut kaum teror yang
menghalalkan segala cara atas nama kesucian.
- Fajar Riza Ul Haq, Kader Muhammadiyah dan Penulis Buku
“Kristen-Muhammadiyah” -
Novel anda cukup menarik, hanya saja aroma propagandanya terasa
dipaksakan. Misalnya, adalah tidak pas ketika anda mengidentifikasi
kelompok perekrut dengan uang administrasi hijrah sebagai kelompok
pengembom. Menurut hasil penelitian itu adalah kelompok berbeda dan
tidak ada sambungan. Dan kedua kelompok tersebut sampai hari ini
ditengarai adalah hasil operasi intelijen.
Novel anda menyimpulkan bahwa keadaan sekarang yang sangat sekuler,
jauh dari syariah, tidak perlu diubah dan tidak perlu dipertanyakan
lagi kebenarn dan kebaikannya, sudah final, dan Islam yang rahmatan
lil alamin yang anda sampaikan tidak jelas implementasinya. Saudara
Damien, ada di masyarakat upaya-upaya mengubah sistem sekuler kepada
sistem syariah yang tidak terkait dengan kelompok terkontaminasi
tersebut. Tapi kelompok-kelompok yang benar ini justru jadi sasaran
propaganda agar tidak dapat dukungan umat, sadar atau tidak novel
anda terjebak dalam arus propaganda war on terorism yang sejatinya
adalah war on Islam.
- M al Khaththath, Sekjen FUI -
Kesadaran moral dalam novel ini sangat penting dibaca oleh remaja
umumnya, dan tidak bisa dinikmati sebagian remaja yg telah banyak
memahami islam yg sesungguhnya.
Judul novel ini menarik dan penasaran org untuk memilikinya, namun
bagi sebagian orang taniat jihad (mujahien/mujahidahy) novel ini
bisa dibaca tapi sulit merubah keyakinan yang pernah ada.
“ Demi Allah aku jadi teroris” (sumpah) dan bisa jadi nanti Kemala
yang sesungguhnya tidak akan pernah ada.
- JIBRIL, Alumni Akademi Militer Afganistan thn 1987 -
Ini cerita fiksi yang membuang-buang waktu.
Sesungguhnya Dienul Islam mengajarkan amar ma’ruf nahy mungkar.
Kalau dalam melaksanakan salah sasaran bukan berarti secara otomatis
menjadi teroris.
Seorang Bush bisa membunuh ribuan orang di Afganistan tapi tidak
pernah dibilang teroris.
- Farihin, Anggota Jama’ah Islamiyah, AlumniAkademi Militer
Afganistan thn 1990 -
Kendatipun hanya berupa fiksi, novel ini perlu diberikan perhatian
akan adanya bahaya teroris yang tidak mengenal waktu dan tempat,
yang selalu mengancam kita. Perlu adanya upaya yang komprehensif
dalam penanganannya. Pembekalan dini bagi remaja sangat diperlukan
sehingga tidak muncul kemala-kemala yang salah arah dalam mencapai
surga.
- Saipudin, Ketua Yayasan Ikrar Bina Umat -
Pesan yang terkandung dalam novel ini sangat penting diketahui
masyarakat Indonesia yang dewasa ini sedang dilanda ketidakamanan
karena ancaman teror atas nama agama. Saya yakin, umat kristiani
memahami bahwa islam agama anti teror, membawa pesan perdamaian.
- Pdt. Erick J. Barus, Sekretaris Eksekutif Bidang Marturia dan
Interfaith PGI -
Novel ini memberi sebuah gambaran kepada kita semua bahwa motivasi
agama kerapkali dijadikan pembenaran oleh mereka yang memiliki
kepentingan-kepentingan politik jangka pendek yang menghancurkan
kemanusiaan. Motivasi agama tanpa didasari rasionalitas akan membawa
umat beragama terjebak oleh idiom-idiom keagamaan namun realitasnya
penuh dengan kepalsuan. Semoga dengan membaca novel ini kita
disadarkan pentingnya beragama yang substansial.
- Rm. Benny Susetyo, Sekretaris Eksekutif Komisi . HAK, KWI -
Batas cinta dan benci sering teramat tipis. Demikian juga batas
damai dan kekerasan. Sedemikian tipisnya sehingga seseorang bisa
berubah dalam sekejap. Dari cinta menjadi benci. Dari lembut menjadi
kejam. Demikian sebaliknya. Novel ini mengisahkan proses rekrutmen
dan latar belakang terorisme. Meskipun fiksi, setidaknya Penulis
mencoba menggambarkan salah satu penyebab, akar permasalahan, dan
cara menanggulanginya.
- Budi S. Tanuwibowo, Ketua Umum Majelis Tinggi Agama Kong Hu Cu
Indonesia -
Kisah yang menceritrakan hubungan dua remaja yang memiliki dunia
yang berbeda. Kemala sangat tegar dengan pandangannya sendiri untuk
sebuah cita-cita yang terbentuk sebagai akibat lingkungannya untuk
melaksanakan cita-cita kelompoknya “menyatakan paling benar”.
Perjalanan dan perjuangan hidupnya telah mengubahnya. Kehadiran
Prakasa dengan membawa “cinta buat Kemala” dan korban-korban yang
tidak dikehendaki oleh agamanya, telah mengubahnya menjadi seorang
pengajar untuk semua orang, bahwa agama yang diyakininya, Islam,
adalah agama yang damai.
- Drs. Nyoman Udayana Sangging, SH,MM, Ketua V Bidang Penelitian dan
Pengembangan Parisada Hindu Darma Indonesia, Pusat -
Agama langit tak mungkin salah. Al-Quran sebagai rahmat seluruh alam
dan anti tindakan kekerasan. Citra kebenaran ternoda oleh sebagian
umat atau yang mengaku umat yang menafsirkan firman Allah secara
salah.
- Teguh Widodo, Direktur Taman Ismail Marzuki -
Radikalisme bagaikan Narkoba. Sekali anda sudah terlibat, sulit
keluar lagi. Selain itu, faktor penyebab bukan hanya trauma atau
frustasi, tetapi lebih penting lagi tekanan sosial dari teman dan
lingkungan. Buku itu membeberkan semua itu.
- Prof. Dr. Sarlito W. Sarwono, Guru Besar Fakultas Psikologi,
Universitras Indonesia -
Membaca novel ini kita dibawa oleh pengarangnya untuk mengikuti
cerita panjang dari seorang Kemala gadis penari cantik cerdas dan
baik hati menjadi gadis yang berani siap melakukan apa saja demi
kepercayaannya, tapi sayang dalam kehidupannya dia menemukan
orang-orang fanatik yang menghalalkan segala cara termasuk membunuh
sesama manusia yang berkedok menegakkan kebenaran agama dan jalan
Tuhan. Tentu novel ini bermaksud untuk memberikan pelajaran pada
pembacanya bagaimana pergaulan menjadi penting artinya bagi
kehidupan, bagi pertumbuhan manusia. Ketika kita bergaul dengan
segala kebaikan maka setidaknya kita akan menemukan kebaikan pula.
Tapi, ketika kita bergaul dengan kejahatan, maka kita akan menemukan
kejahatan pula.
- Syahnagra Ismaill, pelukis -
Penulisan cerita yang mengalir ini membuka tabir siapa sebenarnya
para pelaku yang selalu mendapat hujaman tentang aksi-aksi mereka.
Ternyata banyak hal yang dapat mendorong pemberontakan mereka. Buku
yang menarik untuk dibaca oleh kita, sehingga kita dapat bertindak
dengan tepat atas pemahaman tentang suatu kepercayaan
- Ruth Hanna Simatupang, corporate communication Sr. Mgr -
Novel ini lahir, tepat saat dibutuhkan oleh generasi muda bangsa
ini. Sangat baik dikoleksi perpustakaan sekolah/kampus, sebagai
pencerah, dalam pembentukan kepribadian seorang remaja. Setiap detik
tawaran datang silih berganti, dan setiap orang harus bersikap.
Ketika itulah novel ini terasa dibutuhkan.
- Peter A. Rohi – wartawan senior, Purnawirawan Marinir -
Demi Allah Aku Jadi Teroris, Pertama kelihat judulnya saya sudah
penasaran ingin membacanya. Ternyata setelah saya membacanya, dari
setiap lembaran ceritanya membuat saya penasaran. Ceritanya sangat
unik, dan menyentuh, saya tidak bisa membayangkan kenpa penulis bisa
terinspirasi menulis ini. Cerita ini bagus untuk dibaca oleh semua
kalangan. Terutama untuk anak muda yang sedang mencari jati diri.
Banyak sekali pesan yang disampaikan di novel ini. Selamat membaca.
- Vien, wartawan Jurnal Nasional -
Novel fiksi ini punya daya hibur yang khas dan pas menilik gaya
bahasanya sederhana, keseharian/gaul atau ngepop. Namun kisah yang
dikemas dalam pola yang lazim disebut pentas melodrama yang sarat
konflik batin ini mengandung pesan moral bagi penikmat novel ini
khususnya kawula muda agar tidak gampang tergiur oleh bujukan
ideologi teror politik yang menyesatkan.
- Tjok Hendro, wartawan senior dan sutradara teater -
“Allah tidak perlu dibela. Ia terlalu besar dan terlalu kuat untuk
kita bela”. Novel ini mengajak kita untuk mempertanyakan kebenaran
tindakan teroris yang selalu mengatakan berjuang membela allah?
Novel ini juga mengajak masyarakat terutama kaum muda untuk
berhati-hati menghadapi pola-pola perekrutan anggota teroris, yang
dapat masuk dengan berbagai macam cara.
- Laode Yohanes, wartawan TV -
Sebuah karya yang bagus karena diperoleh melalui riset yang baik
pula sehingga mampu menerjemahkan sebuah kondisi pertentangan ilmu
agama yang diajarkan dalam keluarga dan di luar keluarga. Selain
itu, aroma romantisme yang muncul juga tidak rumit karena itu
keadaan yang terjadi di masa kini.
- Happy Amanda Amalia, wartawan Investor Daily -
Kecenderungan novel Indonesia dewasa ini berlatar belakang
keislaman, menjadikan dakwah sebagai yang “moralis”. Berbeda dengan
novel “islami” lainnya, “Demi Allah, Aku Jadi Teroris”, menyampaikan
pesan seperti mendua, mengajak pembaca muda/pemula untuk memilih,
adakah agama membawa rahmat bagi semesta alam atau bukan. Dengan
bahasa dan gaya kaum muda, pengarang menyampaikan misi yang
dibawanya.
- Adri Darmadji Woko, wartawan dan penyair -
Keberanian memilih tema maupun judul membuat Damien menjadi seorang
penulis berkarakter dan menjanjikan bagi kita demi mencairnya
nilai-nilai ketakutan yang membatu di Masyarakat.
Semoga novel inidapat dibaca dan bermanfaat bagi umat di seluruh
pelosok nusantara
- Ray Sahetapy, aktor -
Percaya akan Tuhan dengan beragam definisi, ada dalam semua
kebudayaan dan peradaban. Ketika suatu saat definisi yang semula
diyakini, menjadi berubah tapsirnya, bukan pula berarti tidak
percaya lagi akan Tuhan Yang Maha Kuasa. Sebuah penghianatan tidak
selamanya ujud dari ketidak setiaan. Karena penghianatan pun
memiliki beragam definisi dengan beragam tapsir. Semua ini tersisip
di dalam buku Damien Dematra yang berjudul Demi Allah Aku Jadi
Teroris.
- Ingrid Widjanarko, artis -
|