(Dalam Rangka Renungan 75 Tahun Ahmad
Syafii Maarif dan menyambut 1 abad Muhammadiyah, Damien Dematra
bekerja sama dengan MAARIF Institute for Culture and Humanity
menayangkan trailer film layar lebar Si Anak Kampoeng (SAK),
yang bertempat di Arena Muktamar Muhammadiyah di Universitas
Muhammadiyah, Yogyakarta, pada tanggal 5 Juli 2010. Film ini
dihadiri oleh Buya Syafii Maarif dan banyak tokoh Muhammadiyah
lainnya. Sebagai pembicara adalah Damien Dematra dan Dr. Abdul
Mu'ti, dengan moderator Dr. Rahmawati.
Damien menuturkan betapa cintanya dia kepada sosok Buya. "Buya
adalah tokoh pluralisme idaman saya, tokoh masyarakat yang bisa
menjadi panutan bagi orang Indonesia di tengah krisis
kepemimpinan seperti sekarang ini, " ujar Damien. Gagasan awal
pembuatan film ini adalah ketika ia berkunjung ke rumah Syafii
Maarif dalam rangka melakukan wawancara untuk meliput keseharian
mantan Ketua PP Muhammadiyah ini. Saat Syafii Maarif mulai
mengisahkan hidupnya, dan sang sutradara pun tersentuh dan
memberikan salut pada sosok Buya, sehingga tercetuslah sebuah
gagasan untuk mengabadikannya dalam sebuah film.
Trailer film ini dimulai dengan musik khas kota Padang, dengan
latar alam pedesaan di Sumpur Kudus yang sejuk bermandikan
hamparan sawah hijau. Dengan masyarakat yang menjunjung tinggi
nilai-nilai kekeluargaan dan keakraban di antara penduduknya,
Pi'i (panggilan kecil Syafii Maarif) tumbuh dan berkembang
bersama kebudayaan yang senantiasa mereka jaga dari jaman nenek
moyang. Sejak masih usia remaja, ia sudah menunjukan kepribadian
sebagai seorang pemimpin.
Kisah inspiratif di atas merupakan sepenggal potongan film "Si
Anak Kampoeng ". Damien menuturkan bahwa ia akan membuat 5 novel
tentang perjalanan hidup Syafii, Dua di antaranya telah terbit,
yaitu "Si Anak Kampoeng", yang menjadi dasar dalam film ini, dan
"Si Anak Panah".
Menurut Dr. Abdul Mu'ti, yang telah terpilih sebagai salah satu
Ketua PP Muhammadiyah, dalam film ini ada tiga hal yang sangat
ia sukai. Pertama, adalah adanya kesamaan pribadi yang
dilihatnya dalam film. Kedua, film SAK ini memiliki setting
tempat yang sangat bagus sehingga dan membawa penonton pada
suasana pedesaan yang identik dengan kultur dan budaya
masyarakat Indonesia. Ketiga, film ini mengandung nilai
pendidikan dan moral tinggi dari tokoh sentralnya, mengajak
masyarakat bercermin pada ketegaran dan keberanian dalam
merantau demi masa depan yang lebih baik tanpa memberi kesan
menggurui.
Foto-foto di bawah ini dapat dipergunakan untuk keperluan
pemberitaan.
|