Sekitar pukul 3.00 pagi ini saya mendadak terbangun. Ada
kegelisahan di hati selama beberapa hari terakhir ini, dan subuh
ini rasa itu bermuara pada satu jawaban: saya harus menulis
surat terbuka ini untuk Bapak.
Membaca reaksi masyarakat di berbagai media massa pasca Press
Conference di Hari Idul Fitri kemarin, saya merasa ada
ketidakadilan. Terlepas dari masalah-masalah umat beragama di
dalam negeri, langkah besar Presiden SBY untuk menyurati
Presiden Obama memiliki arti yang sangat strategis dalam
memecahkan masalah Hari Pembakaran Al-Quran Sedunia.
Sebagai orang yang dari awal sudah menggeluti masalah Hari
Pembakaran Al-Quran Sedunia, saya mengerti bahwa Presiden SBY
memiliki peranan yang sangat strategis sekali dalam pemecahan
masalah ini. Karena itu, sejak awal kami telah menyatakan,
termasuk dalam petisi kami yang ditandatangani di PGI tanggal 4
Agustus 2010, agar pemerintah berperan aktif dalam menyelesaikan
masalah ini. Oleh karenanya, saya memberikan penghargaan yang
setinggi-tingginya kepada SBY. Surat Bapak memiliki makna yang
sangat strategis, dan untuk itu bangsa Indonesia dan kemanusiaan
berhutang budi kepada Anda.
Saya tahu, menulis surat seperti ini bukanlah keputusan yang
populer, namun saya bukanlah seorang politisi. Saya hanyalah
seorang budayawan yang masih punya nurani.
Saya sadar, Pak SBY duduk di kursi panas. Apa pun yang Bapak
lakukan, pasti akan menimbulkan polemik. Tapi dalam peristiwa
rencana Hari Pembakaran Al-Quran Sedunia, Bapak telah
menyelamatkan peradaban ini dari ancaman yang sangat besar.
Semoga Tuhan Yang Maha Esa memberkahi jasa Bapak.
Jakarta, 12 September 2010
Salam,
Damien Dematra
|