Gerakan Peduli
Pluralisme (GPP) mengadakan forum diskusi dengan tema "Merawat
Pluralisme" renungan 70 tahun Gus Dur sang bapak bangsa,
pejuang pluralisme dan multikulturalisme, bangsa, dan
pejuang humanis, pada hari Rabu, 4 Agustus 2010 di Aula PGI
(Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia), di Jl. Salemba
Raya No. 10 Jakarta Pusat, dengan pembicara Pong Harjatmo (Artis
dan aktivis), Gus Nuril (Ulama pengagum Gus Dur), Zuhairi
Misrawi (Cendekiawan Muda Muslim), Damien Dematra (penulis &
sutradara film Gus Dur), dan dihadiri para pemuka agama dan
tokoh-tokoh masyarakat.
Gus Dur adalah seorang pahlawan kemanusiaan yang sepak
terjangnya membela sesama tak pernah lepas dari pembelaan
terhadap eksistensi pluralisme dan perjuangan
multikulturalisme dengan gayanya yang khas, tanpa pandang
bulu dan tanpa tedeng aling-aling, baik dalam posisinya
sebagai ulama, presiden RI yang ke-4, ketua PBNU, atau pun
hamba Allah. Gus Dur, seorang yang mencintai Allah dan
bangsa dan negara di atas kepentingan pribadi tanpa
mempedulikan pandangan orang, seorang berjiwa besar yang
selalu bergaya sederhana yang telah berjuang mati-matian
untuk mengangkat harkat dan martabat mereka yang tertindas
dan terdiskriminasi, serta membela kaum minoritas untuk
memiliki persamaan hak. Gus Dur yakin pluralitas adalah
Fitrah. Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari
seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu
berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling
kenal-mengenal.(Surah Al Hujuraat), dan Islam sangat
menerima kepelbagaian. Dan jika Tuhan-mu menghendaki
tentulah beriman semua yang di muka bumi seluruhnya, seperti
dalam ayat suci Al-Qur'an.
Hal-hal di atas berbanding terbalik dengan survei
terbaru yang dilakukan oleh Setara Institut, yang menyatakan
telah terjadi peningkatan serangan dan gangguan dari 18 kali
pada tahun 2008 hingga 28 kali sepanjang Januari hingga Juli
tahun ini, dan dilakukan oleh bermacam-macam kelompok dan
organisasi. "Pelaku pelanggaran terbanyak adalah jelas
pemerintahan daerah, 12 kali. Kemudian massa. Massa ini
anonim, sepuluh kali. Kemudian warga, ini warga ada lima
kali. Kemudian FPI, empat kali. Dan ormas-ormas Islam
lainnya." Mereka juga menunjukkan rasa prihatin terhadap
kurangnya reaksi pemerintah pusat terhadap peristiwa yang
telah terjadi secara sistematis dan berulang-ulang dan
terjadi dalam lima tahun terakhir.
Karena itu, Gerakan Peduli Pluralisme merasa perlu untuk
membuat Renungan 70 tahun Gus Dur, dengan mengedepankan
semangat kebersamaan dan menghidupi makna substansial
perjuangan Gus Dur, sang bapak bangsa, untuk mencari jalan
keluar bagi pluralisme yang sakit agar dapat dirawat oleh
eksekutif, legislatif, yudikatif, serta seluruh lapisan
masyarakat, dan memelihara ke-bhinneka-an demi keutuhan
bangsa.
Menurut Dr.KH. Nuril Arifin.HSN.MBA, akrab di panggil Gus
Nuril, NU harus terlibat aktif dalam merawat pluraslisme,
karena kalau NU tidak merawat pluralisme, maka pluralisme
itu akan tamat. Beliau juga menyampaikan bahwa siapakah yang
berhak menentukan Islam? Karena Islam adalah agama damai,
jadi janganlah setiap orang membajak dan menyalahgunakan
agama untuk kepentingannya.
Zuhairi Misrawi menekankan bahwa dalam salah satu ayat
suci Al-Qur'an dikatakan bahwa semua agama adalah Islam, dan
hal ini disetujui oleh Gus Nuril. Dalam hal ini yang
dimaksukan Islam adalah kepasrahan diri kepada Tuhan. Ada
300 ayat Al-Qur'an yang menekankan tentang pentingnya
toleransi. Jadi, yang paling penting sekarang adalah
bagaimana umat harus memahami bahwa merawat pluralisme itu
berarti merawat agamanya. Jangan sampai agama dijadikan
berhala, karena Al-Qur'an adalah kitab pluralisme.
Sedangkan Pong Hardjatmo menekankan pentingnya
kreativitas dalam menyuarakan kepentingan , yang dalam hal
ini adalah pluralisme. Ditambahnya lagi, bahwa pluralisme
adalah sesuatu yang indah, dan kita harus memperjuangkannya.
Kesimpulan yang disampaikan Damien Dematra sebagai moderator
dalam Renungan 70 Gus Dur ini, adalah perlu segera
dibangunnya dialog dengan kelompok-kelompok yang dianggap
fundamentalis. Agar masalah pluralisme dapat diselesaikan
dengan baik, maka perlu campur tangan permerintah dan aparat
yang jangan hanya mementingkan ketertiban, namun juga
memprtimbangkan HAM dan kebebasan beragama. Walaupun
pluralisme di Indonesia dikatakan sakit sehingga perlu
dirawat, namun masih menjadi sebuah pertanyaan besar bagi
kita semua, apakah itu hanya rawat inap, rawat jalan, atau
rawat alternatif, dan jawabannya sangat ditentukan oleh
sikap masing-masing individu. Yang pasti, kita tidak menjadi
pesimis karena selalu masih ada harapan. Menegaskan
kesimpulan ini, Bungaran Saragih, mantan menteri pertanian,
mengatakan bahwa sebenarnya, Indonesia masih jauh lebih baik
tingkat pluralismenya dibandingkan beberapa negara lain. Hal
ini disampaikan oleh salah satu mantan presiden Jerman
ketika bertemu dengannya, pada saat era pemerintahan Gus Dur.
Acara 70 tahun Renungan Gus Dur ini dibuka oleh Pdt. Dr.
Gomar Gultom (Sekretaris Umum Persekutuan Gereja-Gereja di
Indonesia) dan dihadiri juga oleh Djohan Effendi, Dr. Eggy
Sudjana, Dr. Yulia Satari, Drs. Nyoman Udayana Sangging, SH,
MM, perwakilan PGI, Maarif Institut, MATAKIN, dan berbagai
Lembaga Swadaya Masyarakat lainnya.
Gerakan Peduli Pluralisme (GPP)
Gerakan Peduli Pluralisme adalah gerakan yang
dipelopori Damien Dematra, dicanangkan setelah wafatnya Gus
Dur, untuk mendukung eksistensi kepelbagaian ras, suku,
budaya, agama, dan semua aspek hakiki manusia, khususnya
bagi generasi muda agar mengambil sikap menghargai perbedaan.
Gerakan ini juga meneruskan perjuangan pluralisme Gus Dur
dan Buya Ahmad Syafii Maarif. Saat dicetuskan, gerakan ini
langsung mendapat apresiasi dan dukungan spontan. Pemrakarsa
gerakan ini adalah Prof. Dr. Ahmad Syafii Maarif, Dr.KH.
Said Agil Siroj, Drs. H. Slamet Effendy Yusuf, M.Si, Pdt. Dr
Andreas. A. Yewangoe, DR. KH Nuril Arifin Husein, MBA, Prof.
Dr. M. Din Syamsuddin, MA, KH. A. Mustafa Bisri, Prof. Dr.
KH. Jalaludin Rahmat, KH Masdar Farid Masudi, Bikkhu
Pannyavaro Mahathera, Sudhamek AWS SE, SH, Prof. Drs. H.
Abdul Malik Fadjar, Yahya Muhaimin, Mgr. I Suharyo, Mgr.
Johannes Pujasumarta, Budi Tanuwibowo, Anita Wahid, Umar
Wahid, Sofyan Wanandi, Hajriyanto Y Thohari, St Sularto,
Romo Franz Magnis Suseno, Drs. Nyoman Udayana Sangging,
SH,MM, Rm. Mudji Sutrisno SJ, Mohamad Sobary, Eddie Lembong,
Prof. Azyumardi Azra, dan tokoh-tokoh lainnya.
Nama-nama pemrakarsa Gerakan Peduli Pluralisme selengkapnya
dapat dilihat di: http://www.gerakanpedulipluralisme.com/pemrakarsa.htm.
Pada saat ini, gerakan ini telah memiliki sekitar kurang
lebih 6000 anggota.
Lebih lengkap mengenai Gerakan Peduli Pluralisme dapat
dilihat pada website http://www.gerakanpedulipluralisme.com
Foto-foto kegiatan hari ini dapat diakses di
www.damiendematra.com
Damien Dematra dapat dihubungi
di: e-mail:
damiendematra@gmail.com |